21 Maret, 2013

Semangat Juara ( Part 3 )


Senyum Semangat

Setelah itu kami bertiga pergi mencari teman-teman lain yang sudah selesai berlomba. Kemudian kami berkumpul, ada yang sibuk dengan cerita-cerita selama dalam perlombaan, ada yang sibuk makan, bercanda, ada yang sibuk mencari tempat ibadah guna bersyukur pada Tuhannya, ada juga yang sibuk menghubungi kekasihnya, ada juga yang murung ntah karena penyesalan atas kesalahan yang dia perbuat ketika perlombaan tadi. Ntahlah, gue tidak tahu pasti apa yang sebenarnya sedang mereka lakukan, intinya kami semua berkumpul beristirahat setelah melewati pertempuran dengan perasaan yang begitu hebat.

Gue menyandarkan tubuh yang lelah pada bangku tembok. Sejauh mata memandang terlihat langit siang yang begitu biru yang cerahnya menelusup masuk kedalam dada, gue tersenyum tanpa ampun


 
Dalam pandangan gue yang menerawang jauh batas senyuman, lagi-lagi gue teringat seseorang. Rahmi. Sampai sejauh ini gue betul-betul menyadari, gue begitu semangat sampai pada saat ini karena dia. Iya, dia selalu ada dalam posisi terbaik yang gue lakukan, walaupun sebenarnya dia tidak secara langsung berkata “Semangat yaa” kepada gue, tapi semangatnya tersampaikan langsung. Langsung ada disini :)

“Dil, kira-kira bisa menang gak ya?” tiba-tiba Mahendra memotong lamunan gue

“apa hek? Apa kata lo?”

Dengan nada pelan Mahendra mengulang perkataannya “kira-kira kita menang apa nggak?”

“Ya menang laaaah!! Ah yakin aja Hek” jawab gue mantab sambil menepuk pundak Mahendra.
Kemudian kami makan siang dengan sebungkus nasi, diselingi canda tawa.


Selesai makan, kami berkeliling kembali di sekitar area perlombaan. Gue menemukan wahana keren, semacam jerapah, tapi lebih mirip peliharaan gue di rumah. Unyu ya? Lihat mukanya, lucu kan?


 Gue dan Mahendra kembali ke lantai 4 tempat berlangsungnya perlombaan lain dengan mendaki tangga yang ketika itu terasa begitu terjal. Anak-anak tangga seolah berkata “Ayoo semangat dikit lagi sampai”


Sekitar jam setengah empat sore, gue dan Mahendra datang ke aula tempat penutupan acara sekaligus pengumuman para pemenang lomba. Disana gue melihat Faras sedang duduk. Ah waktu itu kami benar-benar sudah tidak sabar menunggu pengumuman, ternyata pengumuman masih akan dimulai jam 5 sore. Aih.

“ah masih lama, ehiya! Kita belum solat“ gue mengagetkan Mahendra.

“Ohiya woy solat! Kamuorang belum solat juga?” Faras memotong.
 
“Iyaya solat” Mahendra menjawab. Disaat seperti itu kami hampir saja lupa utuk mengambil air wudhu dan bersujud kepada Allah SWT. Kami bertiga pun bergegas pergi ke mushola seraya menundukkan kepala sejenak dan menyentuhkan kening kami pada kain sajadah.



Setelah solat, gue merasa begitu segar begitu pula Mahendra dan Faras, dan tentunya kami tidak lupa berdoa.

Kami kembali ke lantai atas tempat berlangsungnya acara penutupan dan pengumuman pemenang lomba.

“Bagaimanaaa? pasti kalian sudah tidak sabar kaaan?” seorang host acara tersebut membuka pembicaraan. Semua yang ada dalam ruangan dibuat tak sabar menunggu begitu pula gue. Setelah sekian lama basa basi, saat yang di tunggu-tunggu tiba. Pengumuman mulai dibacakan. Wajah super absurd ditunjukan oleh berbagai peserta lomba yang menunggu hasil pengumuman. Lomba pertama yang dibacakan adalah WordProcessing, dan salah salatu teman gue dari SMA AL-KAUTSAR mendapat juara satu. Mira Nurul. Gue merasa begitu bersemangat, walaupun bukan gue yang juara, tapi gue berfikir “Suatu pembukaan yang manis!” begitu pula pembacaan lomba ke-2, ke-3, ke-4 dan seterusnya, sekolah gue mendapat juara. Ketika itu gue semakin optimis dan masih penuh semangat keyakinan gue akan mendapatkan sebuah piala yang nantinya akan gue tunjukan kepada orang tua gue tentunya. Mereka pasti senang.

Ketika pembacaan Web Blog mulai dibacakan… pemenang juara tiga? Tidak terdengar nama gue. Pemenang juara dua? Tidak terdengar nama gue. Ah ketika itu gue mulai pesimis bahwa gue, Mahendra, Panca kecil kemungkinan bisa juara satu. Tapi.. “juara satu diraih oleeeeh… Rahmad Mahendra dari SMA AL-KAUTSAR” ah perasaan gue campur aduk, antara senang karena salah satu teman gue mendapatkan juara satu, tapi di sisi lain gue juga merasa agak gimanaa gitu, pokoknya perasaan yang tidak bisa gue jelaskan dengan mudahnya.  Gue kembali menyimak pengumuman pemenang lomba-lomba lain. Sampai akhirnya sekolah gue SMA AL-KAUTSAR diumumkan menjadi juara umum yang ke-5 kali berturut-turut pada lomba itu. Ah, gue tetap senang.

Gue melihat Faras, ia begitu murung setelah mengetahui lomba yang ia ikuti bersama Iwan tidak berhasil menjadi juara “Bagi gue nggak juara satu berarti nggak juara” pernyataan Faras dengan nada keras.
“udahlah Ras namanya juga lomba, kita juga baru pertama kali ikut, short movie mereka juga memang bagus” Iwan menguatkan Faras dengan nada pelan.

“Iya Ras, seseorang yang sudah tahu bahwa dirinya kalah tetapi dia masih bersemangat dia juga bisa desebut seorang pemenang” gue meyakinkan sambil menepuk pundak Faras.

“nggak bisa” Faras memalingkan wajahnya.

“yang penting kita masih bisa jadi pemenang bagi diri kita sendiri” gue kembali meyakinkan. Faras tersenyum penuh. Kami semua pun tersenyum dengan tertawa-tertawa kecil.
Setelah selesai acara pengumuman pemenang lomba. Kami tidak langsung pulang, kami saling mengucapkan selamat, mengabadikan moment-moment berharga. Ah, seru.

“Ehmm !?” Ori memukul pundak gue mengagetkan dari belakang.

“Eh Ori” jawab gue dengan senyum.

“jangan sedih dil, masih banyak lomba-lomba lainnya ehehe tenang aja, masih banyak kesempatan kok” Ori berkata sambil tertawa kecil.

“Lah siapa yang sedih? Gue seneng gini. Kita berdua kan pemenang lomba juara umum AHAHAHA” jawab gue sedikit bercanda.

“eh iya juga ya ahaha” Ori tertawa “tapi yang penting dil.. mereka senang kitapun senaaaaang” Ori melanjutkan pembicaraan. Kemudian terdengar tawa yang keras diantara kami berdua.

~

Di lantai bawah, sebagian dari kami kembali berkumpul, tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada bapak Guntur yang telah membimbing kami.


Terlihat Mahendra yang sedang melepas lelah disamping piala kemenangannya.


Sekitar pukul 6 sore kami semua pulang. Sesampainya di depan rumah gue berdiri menatap pintu, gue terfikir sesuatu “ah coba saja hari ini gue berhasil membawa sebuah piala sampai depan pintu ini, mungkin gue akan mengejutkan dan merubah ekspresi wajah orang tua gue yang mungkin saja akan tambah melengkungkan kedua tebing pipinya begitu ia membukakan pintu ini ahaha” wajar, pada hari itu mereka tidak tahu gue sedang mengikuti sebuah lomba. Tapi saat itu gue tetap melihat orang tua gue membuka pintu dengan senyum yang sama dan gue pun ikut tersenyum :) Hari itu semua terasa begitu manis.

0 komentar:

Posting Komentar

 
;