Senyum Semangat
Setelah itu kami bertiga pergi mencari teman-teman lain yang
sudah selesai berlomba. Kemudian kami berkumpul, ada yang sibuk dengan
cerita-cerita selama dalam perlombaan, ada yang sibuk makan, bercanda, ada yang
sibuk mencari tempat ibadah guna bersyukur pada Tuhannya, ada juga yang sibuk
menghubungi kekasihnya, ada juga yang murung ntah karena penyesalan atas
kesalahan yang dia perbuat ketika perlombaan tadi. Ntahlah, gue tidak tahu
pasti apa yang sebenarnya sedang mereka lakukan, intinya kami semua berkumpul
beristirahat setelah melewati pertempuran dengan perasaan yang begitu hebat.
Gue menyandarkan tubuh yang lelah pada bangku tembok. Sejauh
mata memandang terlihat langit siang yang begitu biru yang cerahnya menelusup
masuk kedalam dada, gue tersenyum tanpa ampun
Dalam pandangan gue yang menerawang jauh batas senyuman,
lagi-lagi gue teringat seseorang. Rahmi. Sampai sejauh ini gue betul-betul
menyadari, gue begitu semangat sampai pada saat ini karena dia. Iya, dia selalu
ada dalam posisi terbaik yang gue lakukan, walaupun sebenarnya dia tidak secara
langsung berkata “Semangat yaa” kepada gue, tapi semangatnya tersampaikan
langsung. Langsung ada disini :)
“Dil, kira-kira bisa menang gak ya?” tiba-tiba Mahendra
memotong lamunan gue
“apa hek? Apa kata lo?”
Dengan nada pelan Mahendra mengulang perkataannya “kira-kira
kita menang apa nggak?”
“Ya menang laaaah!! Ah yakin aja Hek” jawab gue mantab
sambil menepuk pundak Mahendra.
Kemudian kami makan siang dengan sebungkus nasi, diselingi
canda tawa.
Selesai
makan, kami berkeliling kembali di sekitar area perlombaan. Gue menemukan
wahana keren, semacam jerapah, tapi lebih mirip peliharaan gue di rumah. Unyu
ya? Lihat mukanya, lucu kan?
Gue
dan Mahendra kembali ke lantai 4 tempat berlangsungnya perlombaan lain dengan
mendaki tangga yang ketika itu terasa begitu terjal. Anak-anak tangga seolah
berkata “Ayoo semangat dikit lagi sampai”
Sekitar jam setengah empat sore, gue dan Mahendra datang ke
aula tempat penutupan acara sekaligus pengumuman para pemenang lomba. Disana
gue melihat Faras sedang duduk. Ah waktu itu kami benar-benar sudah tidak sabar
menunggu pengumuman, ternyata pengumuman masih akan dimulai jam 5 sore. Aih.
“ah masih lama, ehiya! Kita belum solat“ gue mengagetkan
Mahendra.
“Ohiya woy solat! Kamuorang belum solat juga?” Faras
memotong.
“Iyaya solat” Mahendra menjawab. Disaat seperti
itu kami hampir saja lupa utuk mengambil air wudhu dan bersujud kepada Allah
SWT. Kami bertiga pun bergegas pergi ke mushola seraya menundukkan kepala
sejenak dan menyentuhkan kening kami pada kain sajadah.
Setelah solat, gue merasa begitu segar begitu pula Mahendra
dan Faras, dan tentunya kami tidak lupa berdoa.
Kami kembali ke lantai atas tempat berlangsungnya acara
penutupan dan pengumuman pemenang lomba.
“Bagaimanaaa? pasti kalian sudah tidak sabar kaaan?” seorang
host acara tersebut membuka pembicaraan. Semua yang ada dalam ruangan dibuat
tak sabar menunggu begitu pula gue. Setelah sekian lama basa basi, saat yang di
tunggu-tunggu tiba. Pengumuman mulai dibacakan. Wajah super absurd ditunjukan
oleh berbagai peserta lomba yang menunggu hasil pengumuman. Lomba pertama yang
dibacakan adalah WordProcessing, dan salah salatu teman gue dari SMA AL-KAUTSAR
mendapat juara satu. Mira Nurul. Gue merasa begitu bersemangat, walaupun bukan
gue yang juara, tapi gue berfikir “Suatu pembukaan yang manis!” begitu pula
pembacaan lomba ke-2, ke-3, ke-4 dan seterusnya, sekolah gue mendapat juara.
Ketika itu gue semakin optimis dan masih penuh semangat keyakinan gue akan
mendapatkan sebuah piala yang nantinya akan gue tunjukan kepada orang tua gue
tentunya. Mereka pasti senang.
Ketika pembacaan Web Blog mulai dibacakan… pemenang juara
tiga? Tidak terdengar nama gue. Pemenang juara dua? Tidak terdengar nama gue.
Ah ketika itu gue mulai pesimis bahwa gue, Mahendra, Panca kecil kemungkinan
bisa juara satu. Tapi.. “juara satu diraih oleeeeh… Rahmad Mahendra dari SMA
AL-KAUTSAR” ah perasaan gue campur aduk, antara senang karena salah satu teman
gue mendapatkan juara satu, tapi di sisi lain gue juga merasa agak gimanaa
gitu, pokoknya perasaan yang tidak bisa gue jelaskan dengan mudahnya. Gue kembali menyimak pengumuman pemenang
lomba-lomba lain. Sampai akhirnya sekolah gue SMA AL-KAUTSAR diumumkan menjadi
juara umum yang ke-5 kali berturut-turut pada lomba itu. Ah, gue tetap senang.
Gue melihat Faras, ia begitu murung setelah mengetahui lomba
yang ia ikuti bersama Iwan tidak berhasil menjadi juara “Bagi gue nggak juara
satu berarti nggak juara” pernyataan Faras dengan nada keras.
“udahlah Ras namanya juga lomba, kita juga baru pertama kali ikut, short movie
mereka juga memang bagus” Iwan menguatkan Faras dengan nada pelan.
“Iya Ras, seseorang yang sudah tahu bahwa dirinya kalah
tetapi dia masih bersemangat dia juga bisa desebut seorang pemenang” gue
meyakinkan sambil menepuk pundak Faras.
“nggak bisa” Faras memalingkan wajahnya.
“yang penting kita masih bisa jadi pemenang bagi diri kita sendiri”
gue kembali meyakinkan. Faras tersenyum penuh. Kami semua pun tersenyum dengan
tertawa-tertawa kecil.
Setelah selesai acara pengumuman pemenang lomba. Kami tidak
langsung pulang, kami saling mengucapkan selamat, mengabadikan moment-moment
berharga. Ah, seru.
“Ehmm !?” Ori memukul pundak gue mengagetkan dari belakang.
“Eh Ori” jawab gue dengan senyum.
“jangan sedih dil, masih banyak lomba-lomba lainnya ehehe
tenang aja, masih banyak kesempatan kok” Ori berkata sambil tertawa kecil.
“Lah siapa yang sedih? Gue seneng gini. Kita berdua kan
pemenang lomba juara umum AHAHAHA” jawab gue sedikit bercanda.
“eh iya juga ya ahaha” Ori tertawa “tapi yang penting dil..
mereka senang kitapun senaaaaang” Ori melanjutkan pembicaraan. Kemudian
terdengar tawa yang keras diantara kami berdua.
~
Di lantai bawah, sebagian dari kami kembali berkumpul, tidak
lupa kami mengucapkan terima kasih kepada bapak Guntur yang telah membimbing
kami.
Terlihat Mahendra yang sedang melepas lelah disamping piala
kemenangannya.
Sekitar pukul 6 sore kami semua pulang. Sesampainya di depan
rumah gue berdiri menatap pintu, gue terfikir sesuatu “ah coba saja hari ini
gue berhasil membawa sebuah piala sampai depan pintu ini, mungkin gue akan
mengejutkan dan merubah ekspresi wajah orang tua gue yang mungkin saja akan tambah
melengkungkan kedua tebing pipinya begitu ia membukakan pintu ini ahaha” wajar,
pada hari itu mereka tidak tahu gue sedang mengikuti sebuah lomba. Tapi saat
itu gue tetap melihat orang tua gue membuka pintu dengan senyum yang sama dan
gue pun ikut tersenyum :)
Hari itu semua terasa begitu manis.