23 September, 2013 0 komentar

Into The Light




Death, Munkar-Nakir and Padang Mahsyar.

In to the light, we disappear
The lights went off the day we die
   
And aren’t we all just a dust
Fading in the air
Aren’t we all, aren’t we all
For all that we are, just a dust
Fading in the air
Aren’t we all, aren’t we all?
   
In to the light, this chapter ends
Two men will come, tell them no lies
  
Wake me up when it’s all gone
You’ll see the story remains
Walking down the fields of rain
You’ll see your tears run in vain

#AdhityaSofyan
18 April, 2013 0 komentar

Galau adalah

Yang galau yang galaaau~ mas galaunya mas? akua akuaaa~ mijon mijooon~ kacang kacaaaang~ tahu tahuuu~

Dibalik dingin malam berselimut kerinduan ini, seketika gue ingin berbagi sesuatu tentang yang namanya Galaaaaau~ *Musik serem terdengar*

Diantara kalian pasti ada yang sering galau? ada. Pasti. Siapasih yang gak pernah galau sama sekali selama hidupnya? presiden aja galau ngurusin UN? apalagi rakyatnya. Buh. Apalagi kalian yang emang sengaja baca artikel ini, gak mungkin gak pernah galau. Yakan? YAKAAAAAAAAN?

"Emm.. ngomong-ngomong.. galau itu apa ya kak?" -___- ada yang masih belum tau juga apa itu galau? keterlaluan sekali kamu! *jitak sekali* Sini-sini gue bimbing.


   Galau adalah keadaan dimana seseorang menjadi murung secara mendadak bisa dibilang Manyun Sindrom. Emosional seseorang akan turun dratis menuju titik kesedihan paling sedih. Gitu.
   Orang yang sedang galau biasanya suka menyendiri di pojok kamar, pojok toilet, pojok timeline mantan, yaa pokoknya pojok mana ajalah, asal jangan di pojok hati aku. "Lhaa kok ngarep sih kakak?" Ehiya dek, maapin kakak keceplosan.
   Galau lagi ngetren saat ini, apalagi dikalangan remaja dan pelajar, seperti kalian yang sedang membaca saat ini. Boleh dibilang penyebab galau adalah karena banyak pikiran. Banyak pikiran yang dimaksud adalah bisa jadi karena terlalu banyak memikirkan sesuatu yang tidak jelas, kurang tenang. Mikirin pacar yang gak bales-bales pesan, mikirin mantan yang udah move on duluan, mikirin gebetan yang gak nembak-nembak, mikirin "kenapa kok gue jadi berlarut larut baca artikel ini?" banyak deh.
   Dan menurut gue, sebaiknya berhentilah mikir. "Kok kakak lama-lama sesat?" Aduh maap kakak jadi kebawa galau ehehe. Maksud gue berhenti memikirkan hal-hal yang berbelit-belit, rumit, yang membuat pikiran kalian jadi pusing. 
   Jadi intinya Galau itu adalah keadaan dimana kita sedih dan murung karena memikirkan sesuatu. Melancholis.
   Seorang yang galau terkadang menjadi lebih sensi dan mudah terjatuh, seperti salah satu temen gue, sebut saja namanya Rini. Gue menghampirinya sedang duduk di pojok menopangkan dagunya di jendela. 
  "Rin, lagi apa lo?" 
   Rini menjawab
  "Lo gak liat apah! gue lagi apa?! HAH?!"
  "kan cuman nanya. Galau tah?" gue kembali bertanya sopan.
  "DIH! siapa yang galau, males amat, cuman gara-gara cowok kayak gitu aja galau, gue mah bukan penggalau... cowok kayak gitu mah banyak... bla... bla... bla..." Jawab Rini panjang lebar.
  "Maap Rin, kok jadi curhat?" Gue kembali bertanya.
  "Si.. si.. siapa yang curhat, ng.. nggak kok!" Rini sok tegar.
  "Jangan nangis Rin, gak enak diliat mantan, ntar dia ketawa." kata gue.
  "Siapa yang nangi.......uaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaah" kemudian sekolah gue tergenang luapan banjir dari tangisan Rini.

  Menurut gue, galau adalah hak dan milik semua orang. Galau sih boleh asalkan gak mengganggu orang lain yang ada di  sekitar. Oke? chakep.

  Intinya, Galau adalah bercerita. Ya galau adalah kebiasaan seseorang yang sering dan suka banget bercerita kepada siapa saja dan dimana saja, yang tujuannya agar semua orang tahu apa yang sedang terjadi pada dirinya.
17 April, 2013 0 komentar

Ngode

Ciee ciee yang ngode ngode melulu ke doi, tapi si doi nggak pernah peka ciee. HAHAHAHAHA.

Artikel kali beri judul "Kode". Cakep.

Postingan ini gue tujukan kepada kalian cewek2 tampan dan cowok2 cantik diluar sana.

Emm.... Ada yang belum nyambung arti dan maksud dari ngode ini?? GATAU???? coba mari kita simak...


Kode yang gue maksud ini bukannya kode biasa, bukan kode pembuatan bom. Kode yang kali ini kode yang biasa dipake remaja2 labil jaman sekarang untuk ngasih semacam isyarat kepada si doi atau gebetan, pacar, orang yang di suka, bokap, nyokap, kakek, nenek, supir, tukang ojek, tukang nasi uduk, nasi padang.. kan kaaaan ahh mulai ngacok .


Biasanya kode ini kita gunakan pas si doi lagi ada di deket kita, atau biasanya di dunia maya, seperti facebook, twitter dll. Biasanya sih dibilang  'Ngode' . Ngode ini dilakukan agar si doi merhatiin kita. 



Nyambung kan, nah sipp. Eh ada yang belum nyambung? *jewer dululah*


Kalo gue sendiri sih sudah sering banget menemukan fenomena perkodean ini di lingkungan pertemanan gue, apalagi di twitter -____- kadang sejauh timeline memandang orang2 pada ngode, gue sih jelas sangat peka! tapi sayang seribu sayang kode itu bukan untuk gue. *"Kakak kok curhat?" aduh maap dek keceplosan.

Dibawah ini beberapa kode yang gue yang tertangkap basah lewat di timeline gue..

"Duh, gak enak badan"
Coba tebak itu kode supaya apa? tau gak? .. nah, betul! itu si doi ngode supaya kita tau kalo dia itu lagi sakit dan usut punya usut dia pengin banget kita perhatiin "Udah minum obat beluuuum?".

"Laper"
Kode lagi noh.. Tau gak? gatau? BENERAN GAK TAU?! jomblo banget sih. Ini si doi ngode supaya kita ngingetin makan. Kalo udah diingetin masih gak mau makan juga, mungkin aja dia mau makan kalo disuapin pake sekop pasir.

"Capek banget hari ini"
Ini si doi ngode supaya kita bilang "Darimana emangnya? kok capek? istirahat dulu.."

"Pengen mati aja.."
Kalian pasti pernah melihat teman atau siapapun orang berkata seperti ini. Ini si doi ngode minta di bunuh.

Begitulah.

Untuk masalah peka gak peka itu cuman si target kode yang tau. Ada yang nggak peka sama sekali, ada yang peka tapi pura-pura gak tau. Kasian.
02 April, 2013 0 komentar

Kancil dan Buaya

Pada suatu siang yang begitu terik panasnya, kancil sedang berjalan-jalan keliling hutan. Cukup lama ia berjalan ia mulai merasa kehausan. “Buh, panas banget ya, jadi haus gini. Dimana disini ada jual minuman?” kata si kancil sambil memegang tenggorokannya.

Kancil pun berniat mencari sungai terdekat di hutan itu. Tidak berapa lama ia mencari sungai, kancil pun melihat sungai yang airnya jernih, dan cukup deras “Nah! Ininih! Sungai! Segerrr”

Tanpa pikir panjang kancil bergegas mendekati aliran sungai tersebut dan ia meminum airnya.
“Buh.. seger”

Sedang asik asik meminum air sungai, tiba-tiba kaki kancil digigit oleh seekor buaya

“Eh kenapa ini kakiku?” tanyanya bingung “Eh buaya, apa kabar kawan?” kata Si kancil.

Buaya yang menggigit kaki kancil pun heran “hah? Sok kenal sih” kata buaya tersebut.

 “Kebetulan kita bertemu di sini, jadi aku tidak perlu mencari kalian lagi.” kata kancil sambil menyembunyikan suaranya yang  gemetar.

Para buaya bingung, mengapa kancil ingin bertemu dengan mereka? Buaya yang menggigit kaki kancil bahkan sudah melepaskan gigitannya. Kancil bisa saja melarikan diri, namun ia tahu buaya dapat bergerak dengan sangat cepat. Ia pasti tertangkap lagi.

“Jadi begini, aku diperintah oleh Raja untuk menghitung jumlah buaya yang ada disini” lanjut si kancil.

“Untuk apa raja menyuruhmu menghitung buaya yang ada disini?” Tanya salah satu buaya heran.

“untuk.. emm.. katanya baginda raja ingin memberikan hadiah bagi kalian semua yang ada disini

“Serius?” kata buaya.

“iyalah serius. Jadi berapa jumlah kalian?”

Para buaya saling berpandang-pandangan. Mereka tidak tahu berapa jumlah buaya yang ada di sana.

Kancil menunggu sejenak.

“emm.. Kalian tidak tahu?”

Para buaya menggeleng.

“Kalo gitu.. baiklah. Panggil semua buaya kemari” perintah si kancil.

“Sekarang?”

“yaiyalah sekarang! Buruan jangan lama!” kata kancil dengan tegas.

Semua buaya dipanggil. Kancil pun mulai menghitung buaya sambil menunjuk-nunjuk. Ia tampak kesulitan menghitung.

“begini saja, Lebih baik kalian berjajar dari sini ke seberang sana. Aku akan lebih mudah menghitung kalian.”

Para buaya sibuk berjajar. Kancil kemudian menghitung mereka dengan melompat-lompat dari punggung buaya yang satu ke punggung buaya yang lain.

“Satu... dua... tiga... sembilan belas... tiga puluh satu... enam puluh... enam puluh satu, dan terakhir, enam puluh dua!” kata kancil sambil melompat ke tepi
sungai di seberang.

Namun kancil kelihatan bingung. Ia bergumam keras-keras, “Berapa ya tadi? Enam puluh dua atau enam puluh tiga?”

Para buaya mulai beranjak dari barisannya.

“Eh,” kata kancil. “Jangan bubar dulu. Lebih baik kuhitung sekali lagi biar lebih pasti, sepertinya aku lupa”

Kancil pun kembali melompat-lompat menghitung buaya kembali ke tepi sungai tempat tadi ia minum.

“Enam puluh... enam puluh satu... enam puluh dua!”

“Ternyata benar jumlahnya enam puluh dua. Sekarang aku harus melapor kepada Baginda. Terima kasih ya!”

Ia pun lari ke dalam hutan. Karena akalnya yang cerdik, kancil sekali lagi lolos dari bahaya.
21 Maret, 2013 0 komentar

Semangat Juara ( Part 3 )


Senyum Semangat

Setelah itu kami bertiga pergi mencari teman-teman lain yang sudah selesai berlomba. Kemudian kami berkumpul, ada yang sibuk dengan cerita-cerita selama dalam perlombaan, ada yang sibuk makan, bercanda, ada yang sibuk mencari tempat ibadah guna bersyukur pada Tuhannya, ada juga yang sibuk menghubungi kekasihnya, ada juga yang murung ntah karena penyesalan atas kesalahan yang dia perbuat ketika perlombaan tadi. Ntahlah, gue tidak tahu pasti apa yang sebenarnya sedang mereka lakukan, intinya kami semua berkumpul beristirahat setelah melewati pertempuran dengan perasaan yang begitu hebat.

Gue menyandarkan tubuh yang lelah pada bangku tembok. Sejauh mata memandang terlihat langit siang yang begitu biru yang cerahnya menelusup masuk kedalam dada, gue tersenyum tanpa ampun


 
Dalam pandangan gue yang menerawang jauh batas senyuman, lagi-lagi gue teringat seseorang. Rahmi. Sampai sejauh ini gue betul-betul menyadari, gue begitu semangat sampai pada saat ini karena dia. Iya, dia selalu ada dalam posisi terbaik yang gue lakukan, walaupun sebenarnya dia tidak secara langsung berkata “Semangat yaa” kepada gue, tapi semangatnya tersampaikan langsung. Langsung ada disini :)

“Dil, kira-kira bisa menang gak ya?” tiba-tiba Mahendra memotong lamunan gue

“apa hek? Apa kata lo?”

Dengan nada pelan Mahendra mengulang perkataannya “kira-kira kita menang apa nggak?”

“Ya menang laaaah!! Ah yakin aja Hek” jawab gue mantab sambil menepuk pundak Mahendra.
Kemudian kami makan siang dengan sebungkus nasi, diselingi canda tawa.


Selesai makan, kami berkeliling kembali di sekitar area perlombaan. Gue menemukan wahana keren, semacam jerapah, tapi lebih mirip peliharaan gue di rumah. Unyu ya? Lihat mukanya, lucu kan?


 Gue dan Mahendra kembali ke lantai 4 tempat berlangsungnya perlombaan lain dengan mendaki tangga yang ketika itu terasa begitu terjal. Anak-anak tangga seolah berkata “Ayoo semangat dikit lagi sampai”


Sekitar jam setengah empat sore, gue dan Mahendra datang ke aula tempat penutupan acara sekaligus pengumuman para pemenang lomba. Disana gue melihat Faras sedang duduk. Ah waktu itu kami benar-benar sudah tidak sabar menunggu pengumuman, ternyata pengumuman masih akan dimulai jam 5 sore. Aih.

“ah masih lama, ehiya! Kita belum solat“ gue mengagetkan Mahendra.

“Ohiya woy solat! Kamuorang belum solat juga?” Faras memotong.
 
“Iyaya solat” Mahendra menjawab. Disaat seperti itu kami hampir saja lupa utuk mengambil air wudhu dan bersujud kepada Allah SWT. Kami bertiga pun bergegas pergi ke mushola seraya menundukkan kepala sejenak dan menyentuhkan kening kami pada kain sajadah.



Setelah solat, gue merasa begitu segar begitu pula Mahendra dan Faras, dan tentunya kami tidak lupa berdoa.

Kami kembali ke lantai atas tempat berlangsungnya acara penutupan dan pengumuman pemenang lomba.

“Bagaimanaaa? pasti kalian sudah tidak sabar kaaan?” seorang host acara tersebut membuka pembicaraan. Semua yang ada dalam ruangan dibuat tak sabar menunggu begitu pula gue. Setelah sekian lama basa basi, saat yang di tunggu-tunggu tiba. Pengumuman mulai dibacakan. Wajah super absurd ditunjukan oleh berbagai peserta lomba yang menunggu hasil pengumuman. Lomba pertama yang dibacakan adalah WordProcessing, dan salah salatu teman gue dari SMA AL-KAUTSAR mendapat juara satu. Mira Nurul. Gue merasa begitu bersemangat, walaupun bukan gue yang juara, tapi gue berfikir “Suatu pembukaan yang manis!” begitu pula pembacaan lomba ke-2, ke-3, ke-4 dan seterusnya, sekolah gue mendapat juara. Ketika itu gue semakin optimis dan masih penuh semangat keyakinan gue akan mendapatkan sebuah piala yang nantinya akan gue tunjukan kepada orang tua gue tentunya. Mereka pasti senang.

Ketika pembacaan Web Blog mulai dibacakan… pemenang juara tiga? Tidak terdengar nama gue. Pemenang juara dua? Tidak terdengar nama gue. Ah ketika itu gue mulai pesimis bahwa gue, Mahendra, Panca kecil kemungkinan bisa juara satu. Tapi.. “juara satu diraih oleeeeh… Rahmad Mahendra dari SMA AL-KAUTSAR” ah perasaan gue campur aduk, antara senang karena salah satu teman gue mendapatkan juara satu, tapi di sisi lain gue juga merasa agak gimanaa gitu, pokoknya perasaan yang tidak bisa gue jelaskan dengan mudahnya.  Gue kembali menyimak pengumuman pemenang lomba-lomba lain. Sampai akhirnya sekolah gue SMA AL-KAUTSAR diumumkan menjadi juara umum yang ke-5 kali berturut-turut pada lomba itu. Ah, gue tetap senang.

Gue melihat Faras, ia begitu murung setelah mengetahui lomba yang ia ikuti bersama Iwan tidak berhasil menjadi juara “Bagi gue nggak juara satu berarti nggak juara” pernyataan Faras dengan nada keras.
“udahlah Ras namanya juga lomba, kita juga baru pertama kali ikut, short movie mereka juga memang bagus” Iwan menguatkan Faras dengan nada pelan.

“Iya Ras, seseorang yang sudah tahu bahwa dirinya kalah tetapi dia masih bersemangat dia juga bisa desebut seorang pemenang” gue meyakinkan sambil menepuk pundak Faras.

“nggak bisa” Faras memalingkan wajahnya.

“yang penting kita masih bisa jadi pemenang bagi diri kita sendiri” gue kembali meyakinkan. Faras tersenyum penuh. Kami semua pun tersenyum dengan tertawa-tertawa kecil.
Setelah selesai acara pengumuman pemenang lomba. Kami tidak langsung pulang, kami saling mengucapkan selamat, mengabadikan moment-moment berharga. Ah, seru.

“Ehmm !?” Ori memukul pundak gue mengagetkan dari belakang.

“Eh Ori” jawab gue dengan senyum.

“jangan sedih dil, masih banyak lomba-lomba lainnya ehehe tenang aja, masih banyak kesempatan kok” Ori berkata sambil tertawa kecil.

“Lah siapa yang sedih? Gue seneng gini. Kita berdua kan pemenang lomba juara umum AHAHAHA” jawab gue sedikit bercanda.

“eh iya juga ya ahaha” Ori tertawa “tapi yang penting dil.. mereka senang kitapun senaaaaang” Ori melanjutkan pembicaraan. Kemudian terdengar tawa yang keras diantara kami berdua.

~

Di lantai bawah, sebagian dari kami kembali berkumpul, tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada bapak Guntur yang telah membimbing kami.


Terlihat Mahendra yang sedang melepas lelah disamping piala kemenangannya.


Sekitar pukul 6 sore kami semua pulang. Sesampainya di depan rumah gue berdiri menatap pintu, gue terfikir sesuatu “ah coba saja hari ini gue berhasil membawa sebuah piala sampai depan pintu ini, mungkin gue akan mengejutkan dan merubah ekspresi wajah orang tua gue yang mungkin saja akan tambah melengkungkan kedua tebing pipinya begitu ia membukakan pintu ini ahaha” wajar, pada hari itu mereka tidak tahu gue sedang mengikuti sebuah lomba. Tapi saat itu gue tetap melihat orang tua gue membuka pintu dengan senyum yang sama dan gue pun ikut tersenyum :) Hari itu semua terasa begitu manis.
20 Maret, 2013 0 komentar

Semangat Juara ( Part 2 )


Sambungan dari Semangat Juara

Perlombaan

Pagi hari sekali gue terbangun, tibalah hari yang gue tunggu-tunggu. Bukan hari perkawinan, melainkan hari diselenggarakannya TCC2013 ( Teknokrat Computer Competition ).
Gue merasa begitu bersemangat. Gue pergi ke sekolah dengan perasaan penuh keyakinan. 

Dalam perjalanan menuju sekolah, terlihat patung Raden Inten II berdiri begitu gagah semangat di tengah keramaian kota. Semangatnya tersiram matahari pagi dan langsung menerpa tubuh gue. Ntahlah, mungkin hanya perasaan gue saja :)


Terlihat gerbang sekolah mulai sepi, gue menerkanerka bahwa sepertinya gue sudah terlambat sampai sekolah, gue mulai mempercepat langkah, dengan penuh semangat gue berlari.



~

Tibalah kami semua di tempat berlangsungnya acara pembukaan TCC2013.

Panitia membagikan makanan kecil bagi para peserta yang hadir dalam acara pembukaan. Kebetulan sepertinya perut gue ikut merayakan. Masih pagi sudah lapar. Makanan kecil yang baru saja dibagikan pun habis begitu saja. Perut biadab.


Karena gue mulai bosan dengan acara pembukaan itu, gue dan mahendra mulai menjelajah gedung tempat dilaksanakannya lomba. Tiba-tiba Mahendra kebelet buang air, dia bingung dimana ada toilet di gedung ini, sampai akhirnya kami menemukan pintu. Pintu kemana saja milik doraemon

"Hek kayaknya ini toilet! iya gue yakin gue toilet" gue bersuara.

"ah bukan, kok nggak ada tulisan toilet diatasnya?" jawab Mahendra ragu.

"iya juga, tapi liat tuh ke bawah ada keset tulisannya 'welcome' artinya 'Toilet Gratis'. Dah sana nyusahin aja lo" gue menjawab asal.

"tapi gue takut dil, itu pintu mirip dengan pintu kemana saja doraemon, siapa tau pas gue buka gue pergi ke negri kincir angin kan nggak lucu" Mahendra nyengir. Gue melempar sebuah baling-baling bambu ke wajahnya.

~

Ditengah-tengah acara pembukaan lomba, gue melihat Faras dan Iwan, mereka mengikuti lomba Short Movie, sebenarnya gue juga mau ikut lomba itu, tapi gue pikir, gue harus fokus pada satu keinginginan. Gue, Faras dan iwan pun saling memberikan semangat.

Ketika perlombaan sudah hampir dimulai, semua peserta dituntun masuk kedalam ruangan perlombaan masing-masing. Gue, Mahendra dan Panca sudah berada diruang perlombaan Web Blog. Gue melihat lumayan banyak peserta yang hadir dalam ruangan. Sesekali gue mengintip peserta lain yang sedang sibuk dengan laptopnya, terlihat mereka sedang menge-check blog mereka, blog buatan mereka bagus-bagus namun gue tetep yakin dengan hasil kerjaan gue sendiri.

Peserta dipanggil satu persatu presentasi kedepan ruangan secara acak. Peserta pertama dipanggil, saat peserta pertama memulai presentasinya.. gue terdiam. Bagus. Keren. Presentasi peserta pertama itu juga begitu bersahabat dengan audience “Ah apa iya gue bisa menang kalo peserta pertamanya aja sudah nyaris buat gue nge-down” gue berbicara dalam hati. Tapi gue lagi-lagi berusaha meyakinkan diri gue sendiri “gue pasti bisa!”

Bermacam-macam jenis peserta gue temui di sana, ada yang blognya bagus dan presentasi bagus, ada yang blognya bagus tapi presentasinya kaku. Salah satu peserta ada yang unik, dia presentasi dengan berdiri di depan gue dan sepanjang presentasinya tatapannya hanya tertuju pada gue, jadi seperti ngobrol berdua dengan gue ( doang ) “Perkenalkan namanya saya….  jadi saya ini mau menjelaskan blog saya kak… blablablabla.. ada yang mau ditanyakan kak?”

“iya iya yaudah nggak ada” jawab gue.

“nggak ada ya kak? Yaudah kalau begitu saya tutup… blablabla”

Ada juga yang sepanjang presentasi dia ‘memantati’ audience. Ada juga yang sepanjang presentasi hanya seperti mengobrol berdua dengan laptopnya. Ada juga yang sepanjang presentasi seperti sedang mengheningkan cipta, pelaaaaan banget suaranya, sambil nunduk kebawah. Unik-unik.

“Peserta selanjutnyaaa… emm… M Fadhil F” Setelah beberapa peserta maju untuk mempresentasikan Blognya, nama gue pun terpanggil. Nggak tau kenapa, gak ada rasa nervous sama sekali dalam diri gue, gue berdiri dengan nafas berhembus normal “ah perasaan apa ini?! Nyaman sekali” bisik gue dalam hati. Gue mulai memperkenalkan diri, gue berusaha nyaman dengan pembicaraan gue. Sesekali gue bercanda demi menyegarkan suasana ruangan yang mulai terasa tawar, peserta lain ikut tertawa.

Setelah selesai presentasi, gue merasa begitu lega dan masih yakin pada hasilnya. Selanjutnya Panca yang maju presentasi dan Mahendra peserta yang terakhir.

Setelah semua peserta sudah selesai presentasi, semua dipersilahkan keluar dari ruangan. Semua keluar dengan perasaan lega, terutama gue Mahendra dan Panca, setelah di luar kami saling bertukar cerita menegangkan selama berada di dalam ruangan tadi. Kemudian kami juga saling memberikan semangat dengan menepuk pundak kami.

 
;