Di suatu sore
yang mendung, sepulang gue dari sekolah gue pulang kerumah dengan keadaan
terburu buru karena langit sudah terlihat mendung. Saat gue sedang berlari di
dekat sebuah pohon, tanpa sengaja gue melihat sebuah kotak kardus di dekat
pohon tersebut. Awalnya gue curiga dengan isi kardus tersebut dan ingin
melihatnya, tetapi karena langit semakin terlihat mendung, dan rumah gue masih
jauh gue pun bergegas kembali berlari lebih kencang menuju kerumah.
Sesampainya gue
di depan pagar rumah, gue semakin penasaran dengan isi kardus tersebut. Gue pun
putar haluan dan kembali mendatangi kardus misterius tersebut.
Ketika gue sudah
sampai di hadapan kardus itu, hujan pun datang ramai-ramai dan semakin mem-bully. Jadilah gue berteduh di bawah pohon yang tidak
seberapa besar. Pohon singkong. Alhasil, baru 5 menit hujan gue bukannya aman
malah basah kuyup “Bagus, gue nggak perlu mandi” pikir gue.
Dan gue tidak
lupa untuk membuka kardus misterius yang mebuat gue putar haluan dari rumah
menuju kembali ke tempat itu. Perlahan gue buka, gue menduga duga bahwa ini
adalah Bom perang dunia pertama yang belum sempat meledak beberapa puluh tahun
lalu. Saat gue buka, gue lihat tumpukan kain menutupi sebuah benda, dan gue
juga melihat ada beberapa botol susu mainan-mainan kecil. Dari situ gue
berfikir “betapa beruntungnya gue nemu mainan-mainan ini, ini bisa gue bawa
pulang untuk main dirumah”.
Lalu gue buka
tumpukan kain yang menutupi sebuah benda itu. Ter.. nya.. ta.. ada seekor bayi.
Bayi Lumba-lumba. Sebenarnya dia tidak layak disebut sebagai bayi, dia sudah
terlihat cukup besar sebesar
ikan buntal yang makan rending lebaran. Lagipula kardus yang membungkusnya bukanlah seperti kardus kardus kecil
mie instan melainkan kardus lemari es.
Dengan unyunya lumba-lumba
itu menangis. Gue bingung mengapa dia menangis terus menerus setelah melihat
gue. Padahal gue tidak se-menyeramkan kelihatannya. Hingga pada saat hujan reda
lumba-lumba itu berhenti menangis. “HAH?! KENAPA?! DIA PAWANG HUJAN!!!” pikir
gue.
Gue sempat kaget,
namun karena lumba-lumba itu terlihat menggemaskan gue membawanya pulang. Gue
memasukan lumba-lumba itu ke dalam tas ransel gue.
Sesampainya di
rumah, gue langsung menaruh tas di kamar dan gue langsung mandi. Ketika gue
sedang mandi, adik perempuan gue yang paling bungsu *adik gue cuman satu*
berteriak dari kamar gue, dia bilang “kaaak
makasihhh yaaa bonekaaanyaaa, kakak baik deeeh”
“hah? Boneka apaaa? Kakak nggak punya boneka” gue bingung setengah heran.
“ini lhoo boneka lumba-lumbanya lucu. Makasih
yaaa”
Gubrak. Gue pun
terpeleset kaget dan menggelincir di kamar mandi.
Ketika gue
keluar, melihat adik gue sedang main dengan lumba-lumba itu dan dia bilang “kak bonekanya bisa ngomong, pasti mahal
belinya?”
“Yaudah sini kembaliin bonekanya, kalo mau beli
sendiri.” Gue pun merebutnya dengan paksa dari adik gue.
Namun adik gue tidak mau kalah dan menarik lumba-lumba itu. Tiba-tiba terdengar
kata-kata “OOOOY SAKIIIIT” hebat. Ternyata
lumba-lumba ini benar-benar bisa ngomong.
Gue pun mendapat
teman bermain baru di rumah, seekor lumba-lumba yang unik. Gue menamai
lumba-lumba itu dengan nama Noy. Seiring berjalannya waktu kami sering
menghabiskan waktu bersama, termasuk saling bercerita.
Kami saling
bercerita prihal masalah-masalah pribadi atau yang lainnya, gue juga menanyakan
masalah terkait mengapa dia bisa berada di dalam sebuah kardus lemari es. Dan Noy
bercerita bahwa waktu itu ketika dia sedang asik bermain petak umpet bersama
teman-temannya, dia mendapat kesempatan bersembunyi, lalu dia mencari tempat
paling aman agar tidak diketahui temannya. Dia menemukan sebuah kardus besar,
dia pikir dia tak akan pernah ditemukan oleh teman-temannya jika dia
bersembunyi di dalam situ. Bersembunyilah Noy di dalam kardus itu, dan Noy pun
ketiduran. Dan benarlah apa yang dia pikirkan bahwa dia tak pernah ditemukan
oleh teman-temannya sampai sekarang dan Noy pun juga tak tau arah jalan pulang
dan tentunya tidak kelilipan butiran debu. Dia lupa. Sedih. Dan terkait dengan kain-kain, botol susu dan
mainan-mainan itu, Noy bilang dia memang sengaja membawanya setiap kali bermain
petak umpet agar dia bisa tiduran santai, nggak kehausan dan nggak bosan ketika
sedang bersembunyi. Parah. Niat.
Semakin dekatnya
pertemanan kami berdua, gue menemukan terdapat kejanggalan pada diri seekor Noy ini..
Dia tak pernah mandi. Dia bau, lebih bau daripada ruangan tertutup
ber-AC yang penuh dengan kaos kaki anak sekolah.
Gue bertanya
kepada Noy “Noy lo sebagai lumba-lumba
kok gue nggak penah liat lo mandi?!” dengan sedikit mengernyitkan dahi.
“gue… gue..
umm.. gue alergi air”
jawab Noy dengan malu-malu kucing.. eh, malu-malu lumba-lumba.
“APAAA?! A-LER-GI-A-IR?! Mau dikemanain harga diri
lo sebagai lumba-lumba kalo alergi sama air?! Hah?!” Tanya gue begitu terkejutnya. Noy hanya diam menundukan siripnya. “emangnya
kenapa lo alergi sama air? Nggak suka air asin?” lanjut gue bertanya.
“bukan dhil, ceritanya begini…
Ketika matahari
sudah menampakan diri dan jarum jam menunjukan pukul setengah sebelas pagi,
*pagi apa siang itu?* ayah gue menemukan gue yang masih tergeletak tak berdosa
di kandang, dan tentu saja gue belum mandi. Ayah gue berteriak “Noy buruaaan
mandi udah siang gini, cepetan nyebur ke kolaaam”
“iya paaa nanti yaaa” sahut gue dengan mata masih sedikit terpejam. Namun tak berapa lama setelah sahut gue tersebut gue disiram dinginnya air kolam saat gue nyaris kembali terlelap. Nah karena gue kaget gue pun terjatuh dari kasur dan badan gue lecet-lecet. Ketika itu gue masih kecil.” Penjelasan Noy.
“iya paaa nanti yaaa” sahut gue dengan mata masih sedikit terpejam. Namun tak berapa lama setelah sahut gue tersebut gue disiram dinginnya air kolam saat gue nyaris kembali terlelap. Nah karena gue kaget gue pun terjatuh dari kasur dan badan gue lecet-lecet. Ketika itu gue masih kecil.” Penjelasan Noy.
Dari situ gue
bisa paham, bahwa Noy alergi air bukan karena dia takut sama air melainkan
karena dia trauma jika terkena air, dia akan terjatuh dan badannya lecet-lecet.
Ketika itu dia masih kecil sehingga kejadian itu membekas hingga dia dewasa dan
dalam setiap kali dia merasakan air iya akan terjatuh dan tak bisa
bangkit lagi, bukan butiran debu.
Mengenaskan. Sadis.
Pernah pada suatu
hari ketika Noy pulang main futsal, dia kebingungan mau pulang karena terjebak
hujan. Dia beteduh di sebuah toko. Dan ini fotonya..
Mengenaskan.
Andai saja ada dokter hewan yang bersedia menyembuhkan penyakit Noy.