29 Januari, 2013

Dialah Noy

Di suatu sore yang mendung, sepulang gue dari sekolah gue pulang kerumah dengan keadaan terburu buru karena langit sudah terlihat mendung. Saat gue sedang berlari di dekat sebuah pohon, tanpa sengaja gue melihat sebuah kotak kardus di dekat pohon tersebut. Awalnya gue curiga dengan isi kardus tersebut dan ingin melihatnya, tetapi karena langit semakin terlihat mendung, dan rumah gue masih jauh gue pun bergegas kembali berlari lebih kencang menuju kerumah.
Sesampainya gue di depan pagar rumah, gue semakin penasaran dengan isi kardus tersebut. Gue pun putar haluan dan kembali mendatangi kardus misterius tersebut.

Ketika gue sudah sampai di hadapan kardus itu, hujan pun datang ramai-ramai dan semakin mem-bully. Jadilah gue berteduh di bawah pohon yang tidak seberapa besar. Pohon singkong. Alhasil, baru 5 menit hujan gue bukannya aman malah basah kuyup “Bagus, gue nggak perlu mandi” pikir gue.

Dan gue tidak lupa untuk membuka kardus misterius yang mebuat gue putar haluan dari rumah menuju kembali ke tempat itu. Perlahan gue buka, gue menduga duga bahwa ini adalah Bom perang dunia pertama yang belum sempat meledak beberapa puluh tahun lalu. Saat gue buka, gue lihat tumpukan kain menutupi sebuah benda, dan gue juga melihat ada beberapa botol susu mainan-mainan kecil. Dari situ gue berfikir “betapa beruntungnya gue nemu mainan-mainan ini, ini bisa gue bawa pulang untuk main dirumah”. 

Lalu gue buka tumpukan kain yang menutupi sebuah benda itu. Ter.. nya.. ta.. ada seekor bayi. Bayi Lumba-lumba. Sebenarnya dia tidak layak disebut sebagai bayi, dia sudah terlihat cukup besar sebesar ikan buntal yang makan rending lebaran. Lagipula kardus yang membungkusnya bukanlah seperti kardus kardus kecil mie instan melainkan kardus lemari es.

Dengan unyunya lumba-lumba itu menangis. Gue bingung mengapa dia menangis terus menerus setelah melihat gue. Padahal gue tidak se-menyeramkan kelihatannya. Hingga pada saat hujan reda lumba-lumba itu berhenti menangis. “HAH?! KENAPA?! DIA PAWANG HUJAN!!!” pikir gue.
Gue sempat kaget, namun karena lumba-lumba itu terlihat menggemaskan gue membawanya pulang. Gue memasukan lumba-lumba itu ke dalam tas ransel gue.

Sesampainya di rumah, gue langsung menaruh tas di kamar dan gue langsung mandi. Ketika gue sedang mandi, adik perempuan gue yang paling bungsu *adik gue cuman satu* berteriak dari kamar gue, dia bilang “kaaak makasihhh yaaa bonekaaanyaaa, kakak baik deeeh”
“hah? Boneka apaaa? Kakak nggak punya boneka” gue bingung setengah heran.
“ini lhoo boneka lumba-lumbanya lucu. Makasih yaaa”

Gubrak. Gue pun terpeleset kaget dan menggelincir di kamar mandi.

Ketika gue keluar, melihat adik gue sedang main dengan lumba-lumba itu dan dia bilang “kak bonekanya bisa ngomong, pasti mahal belinya?
“Yaudah sini kembaliin bonekanya, kalo mau beli sendiri.”  Gue pun merebutnya dengan paksa dari adik gue. Namun adik gue tidak mau kalah dan menarik lumba-lumba itu. Tiba-tiba terdengar kata-kata “OOOOY SAKIIIIT”  hebat.  Ternyata lumba-lumba ini benar-benar bisa ngomong.
Gue pun mendapat teman bermain baru di rumah, seekor lumba-lumba yang unik. Gue menamai lumba-lumba itu dengan nama Noy. Seiring berjalannya waktu kami sering menghabiskan waktu bersama, termasuk saling bercerita.

Kami saling bercerita prihal masalah-masalah pribadi atau yang lainnya, gue juga menanyakan masalah terkait mengapa dia bisa berada di dalam sebuah kardus lemari es. Dan Noy bercerita bahwa waktu itu ketika dia sedang asik bermain petak umpet bersama teman-temannya, dia mendapat kesempatan bersembunyi, lalu dia mencari tempat paling aman agar tidak diketahui temannya. Dia menemukan sebuah kardus besar, dia pikir dia tak akan pernah ditemukan oleh teman-temannya jika dia bersembunyi di dalam situ. Bersembunyilah Noy di dalam kardus itu, dan Noy pun ketiduran. Dan benarlah apa yang dia pikirkan bahwa dia tak pernah ditemukan oleh teman-temannya sampai sekarang dan Noy pun juga tak tau arah jalan pulang dan tentunya tidak kelilipan butiran debu. Dia lupa. Sedih. Dan terkait dengan kain-kain, botol susu dan mainan-mainan itu, Noy bilang dia memang sengaja membawanya setiap kali bermain petak umpet agar dia bisa tiduran santai, nggak kehausan dan nggak bosan ketika sedang bersembunyi. Parah. Niat.

Semakin dekatnya pertemanan kami berdua, gue menemukan terdapat kejanggalan pada diri seekor Noy ini.. Dia tak pernah mandi. Dia bau, lebih bau daripada ruangan tertutup ber-AC  yang penuh dengan kaos kaki anak sekolah. 

Gue bertanya kepada Noy “Noy lo sebagai lumba-lumba kok gue nggak penah liat lo mandi?!” dengan sedikit mengernyitkan dahi.
“gue…  gue.. umm.. gue alergi air” jawab Noy dengan malu-malu kucing.. eh, malu-malu lumba-lumba.
“APAAA?! A-LER-GI-A-IR?! Mau dikemanain harga diri lo sebagai lumba-lumba kalo alergi sama air?! Hah?!” Tanya gue begitu terkejutnya. Noy hanya diam menundukan siripnya. “emangnya kenapa lo alergi sama air? Nggak suka air asin?” lanjut gue bertanya.
“bukan dhil, ceritanya begini…
Ketika matahari sudah menampakan diri dan jarum jam menunjukan pukul setengah sebelas pagi, *pagi apa siang itu?* ayah gue menemukan gue yang masih tergeletak tak berdosa di kandang, dan tentu saja gue belum mandi. Ayah gue berteriak “Noy buruaaan mandi udah siang gini, cepetan nyebur ke kolaaam”

“iya paaa nanti yaaa” sahut gue dengan mata masih sedikit terpejam. Namun tak berapa lama setelah sahut gue tersebut gue disiram dinginnya air kolam saat gue nyaris kembali terlelap. Nah karena gue kaget gue pun terjatuh dari kasur dan badan gue lecet-lecet. Ketika itu gue masih kecil.” Penjelasan Noy.

Dari situ gue bisa paham, bahwa Noy alergi air bukan karena dia takut sama air melainkan karena dia trauma jika terkena air, dia akan terjatuh dan badannya lecet-lecet. Ketika itu dia masih kecil sehingga kejadian itu membekas hingga dia dewasa dan dalam setiap kali dia merasakan air iya akan terjatuh dan tak bisa bangkit lagi, bukan butiran debu. Mengenaskan. Sadis.

Pernah pada suatu hari ketika Noy pulang main futsal, dia kebingungan mau pulang karena terjebak hujan. Dia beteduh di sebuah toko. Dan ini fotonya..

Mengenaskan. Andai saja ada dokter hewan yang bersedia menyembuhkan penyakit Noy.

0 komentar:

Posting Komentar

 
;